Cerpen : Skaredisia

Kinantia Skeita Tresta. Itulah namaku. Orang-orang biasa memanggilku Kinan. Aku seorang mahasiswa di salah satu universitas yang cukup terkemuka di kota ini. Aku tak memiliki banyak teman, karena aku bukan orang yang populer. Tetapi aku merasa beruntung, walau temanku sedikit, mereka selalu ada  dikala suka atau pun duka. Dari pada mempunyai banyak teman, tetapi mereka selalu sibuk dengan aktivitasnya masing masing. Orang tuaku sedang berada di luar kota 2 minggu kedepan, jadi aku di rumah sendirian.
Hari ini, aku sedang menatap indahnya langit sore hari di halaman rumah, sembari membaca koran. Tiba-tiba aku membaca berita yang cukup mengejutkan.
Sebuah kota diserang oleh virus yang cukup aneh. Virus ini dapat membuat orang menjadi tak terkendali, gila, bertingkah sesuka hati mereka, bahkan mereka dapat merenggut nyawa kita. Belum diketahui penyebab dari virus ini, sehingga belum ada obat yang dapat menghentikan ini. Nama virusnya adalah Skaredisia. Kapan pun mereka bisa berubah menjadi makhluk ganas dengan amarah yang tak terkendali. Nyawamu bisa menjadi ancaman.
BERHATI-HATILAH MEREKA DI SEKITAR KITA!!! ENSKARE DIMANA-MANA!!!
Virus aneh sedang mewabah di kotaku, Skaredisia. Aku takut jika orang-orang terdekatku mengidap virus ini. Atau bahkan aku sendiri yang mengidapnya... Aku harus lebih berhati-hati.
Minggu pagi, aku memutuskan berolahraga di Taman Rosetta bersama Julio. Dia kucing kesayanganku. Berlari-lari mengelilingi taman membuatku lelah. Mungkin sebotol air akan menghilangkan rasa lelah ini. Aku membeli air di warung yang letaknya tak jauh dari taman. Aku duduk di depan warung sambil bemain-main dengan kucingku. Rasanya seperti ada yang memperhatikanku di kejauhan sana. Tetapi, aku tidak terlalu mempedulikan hal itu, mungkin itu perasaanku saja.
Matahari sudah cukup terik, aku pun pulang ke rumah. Baru berjalan beberapa langkah, ada seorang pria yang tiba-tiba berjalan disampingku. Awalnya ku hiraukan keberadaan dia, tetapi dia tetap saja berjalan di sampingku hingga ujung jalan.
“hey, mengapa kau mengikutiku terus?,”
            Dia tak menjawab pertanyaan ku. Ahh.. menyebalkan sekali orang ini. Aku berjalan lebih cepat. Ia tetap saja mengikutiku. Bahkan saat aku berhenti, dia pun ikut berhenti. Ini orang maunya apa. Tiba-tiba dia bernyanyi dengan lantang sambil menari-nari mengitariku.
            “When I see your face. There’s not a thing that I would change, cause you’re amazing.. Just the way you are,”
            Orang anehhhh.. udah jalan disampingku, sekarang malah nyanyi kaya boyband. Ihhh..
“Apa sihh kamu, orang aneh,” Dia menjulurkan tangannya seperti mau berkenalan.
            “Hi aku Restara, kau tak perlu mengenalkan dirimu karena aku sudah tau namamu, Kinan, kan ?”
            Dia dukun atau apa bisa tahu nama aku segala.
            “Kenapa kamu tau nama aku ?”
            Dia menunjuk ke arah jaketku. Aku baru menyadari di jaketku tertera namaku. Jadi  malu aku.
            “Aku kira kamu dukun bisa tau nama orang,”
            “Hahaha.. nggalah,”
            Aku mesti berhati-hati dalam mengenal orang. Bisa jadi, orang yang kukenal mengidap virus skaredisia. Tetapi aku penasaran dengan cowok yang satu ini. Unik, tidak tahu malu dan so kenal so dekat sama orang.
            “Nan, rumahmu dimana ?”
Aku tak menjawab pertanyaannya dan kembali melanjutkan jalan menuju rumah. Sepertinya cowo aneh itu tidak mengikutiku lagi. Syukurlah..
Baru juga sampai di kamar, bel rumahku berbunyi. Alhasil aku harus balik lagi untuk membuka pintu. Anehnya tidak ada seorang pun di depan rumahku. Aku hanya menemukan sebuah kado. Siapa yang mengirim kado ini ? Terlihat sepucuk surat berada di atas kado itu.
Kinan, jika kau tidak mempunyai kegiatan pada  malam hari, aku ingin bertemu denganmu. Temui saja aku di depan rumahmu sekitar pukul 7 malam jika kamu berkenan..
-Restara
Hah? Orang aneh itu, mengapa dia bisa tahu letak rumahku? Aku bingung, apakah aku harus menerima ajakannya atau tidak. Aku memutuskan untuk tidak menerima ajakannya, karena aku harus mengerjakan tugas-tugasku.
Saat jam 7 malam, aku mendengar suara mobil di depan rumahku. Mungkin itu orang tuaku yang pulang dari luar kota. Tetapi ini tak mungkin, karena mereka berada di luar kota selama 2 minggu, sedangkan ini baru 2 hari. Aku mengintip lewat jendela. Pengendara mobil itu keluar dari mobil, itu ternyata Restara. Tak ada niat sekecil pun untuk menemui dia, jadi aku lanjutkan saja mengerjakan tugas.
Saat jam 8 aku mengintip lagi lewat jendela. Kukira dia sudah pergi. Dia masih tetap saja berada di depan rumahku. Aku harus menyuruhnya pulang.
“Restara, mengapa kamu masih disini ? Ini sudah malam, sebaiknya kamu pulang saja. Maaf aku tidak bisa pergi denganmu, aku harus mengerjakan tugas-tugas ku,”
Aku bisa melihat kekecewaan Restara lewat raut wajahnya, “Hmm, okaylah, lain kali kita jalan-jalan yaa,”
“okay okay, jika aku tidak mempuyai banyak tugas, “
Ekspresi Restara berubah menjadi senang. “Jika kamu ingin mengobrol denganku, kau bisa mengubungiku lewat sosial media. Aku sudah menulisnya didalam surat yang tadi sore kukirim. Sampai jumpa Kinan,“
Aku sampai lupa aku belum membuka kado yang ia berikan padaku.
“Oh iya, ko kamu tau rumah aku disini ?”
Restara mengalihkan wajahnya dariku, “Aku bertanya kepada satpam di komplek ini, hehehe,”
Aku tertawa melihat tingkahnya yang aneh. Tanpa mengucapkan sampai jumpa kepadanya, aku langsung masuk lagi ke dalam rumah.
Kado. Aku penasaran isinya apa. Kubuka dengan hati-hati. Ternyata isinya adalah....
            Sendok dan garpu.
            Untuk apa dia memberi kado sendok dan garpu, aneh. Tak lama kemudian, aku mendengar suara bel berbunyi. Kubuka pintu rumah, dan tak ada siapa pun disana. Tetapi aku melihat satu kotak pizza dilantai.
            Untuk melengkapi kado yang kuberi sore tadi.
            -Restara
            Ada-ada saja dia ini. Aku mulai senyum-senyum sendiri. Ahh mengapa aku memikirkan Restara ya? Sudah lupakan lupakan lupakan. Bahkan, aku tak bisa tidur karena selalu memikirkan tingkah anehnya.
            Kringgg.. kringgg.. kringgg..
            Alarm ku berbunyi, aku harus siap-siap pergi ke kampus. Tetapi aku merasa kurang sehat, tubuhku menggigil. Aku bilang kepada temanku bahwa aku tidak bisa pergi ke kampus, karena sakit. Aku pun mengirim pesan untuk Clary, bisa dibilang dia sahabatku di kampus.
Clary, sepertinya hari ini aku tak bisa pergi ke kampus. Karena kondisiku kurang sehat L
            Tak lama kemudian aku mendapat balasannya dari Clary.
Ya sudah, kamu tidak usah pergi ke kampus, daripada nanti keterusan sakitnya. Btw get well soon yaa..
Seharian aku berbaring di tempat tidur, sampai kudengar kerusuhan yang terjadi di depan rumahku. Aku beranjak dari kasur untuk melihat keadaan di luar lewat jendela. Kulihat segerombolan orang membawa benda-benda tajam, mereka menyerang orang-orang yang ada di sekitar mereka. Membunuh orang-orang, lalu memakan daging orang tersebut. Pemandangan terburuk yang pernah kulihat. Apakah ini nyata atau hanya mimpi belaka ? Takutt.. aku pun berdiam diri dibawah selimutku, berusaha untuk terlelap tidur. Tetapi aku tak bisa, bayangan kejadian tadi tak dapat kusingkirkan dari pikiranku.
            Tiba tiba ku mendengar suara yang berasal dari jendela. Aku tak sanggup melihat benda apa yang terbentur dengan jendelaku. Apakah itu sebuah tangan ? Kaki ? Atau bahkan kepala manusia. Tetapi rasa penasaranku tak terbendungkan. Terpaksalah aku melihat ke jendela. Cairan berwarna merah jelas terlihat di jendela itu. Tak mungkin jika yang kupikirkan tadi benar-benar terjadi. Haruskah aku melihat keluar, benda apa yang telah membentur jendela. Baru saja aku beranjak dari kasur, tiba tiba seorang pria yang berlumuran cairan berwarna merah di wajahnya muncul di depan kaca. Mereka adalah Enskare. Kagett.. aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Pria itu berusaha memecahkan kaca dengan tangannya. Ia berhasil melakukannya. Untungnya jendela rumahku memiliki tralis sehingga ia tidak bisa masuk. Aku buru-buru keluar dari kamarku, tetapi ia berkata,
“Kemarilah, aku ingin sepotong tanganmu yang wangi itu, sepertinya lezat jika dicampurkan dengan sepasang bola mata ini”
Kulihat dia menunjukkan sepasang bola mata yang ia sebut. Itu benar-benar bola mata manusia. Tanpa mempedulikan kehadirannya aku langsung berlari ke kamar sebelah. Kurasa kamar ini lebih aman karena tak ada jendela, jadi aku tak akan melihat para Enskare lagi. Handphone ku berdering, ada pesan masuk.
Kinan, nanti malem aku mau culik kamu ya, sekitar jam 8 aku akan menculikmu menggunakan kereta kuda hahaha.. pokoknya jam 8 kamu harus udah siap diculik gak mau tahu okayy..
Hanya orang aneh yang mengirim pesan ini. Tidak salah lagi, ini dari Restara. Mungkin yang dia maksud menculik itu mengajakku jalan-jalan. Apa boleh buat, kondisiku tidak memungkinkan untuk jalan-jalan dengannya. Aku memberitahunya soal ini.
Restara, maaf, aku tak bisa, kondisiku sedang tidak sehat, sekali lagi maaf yaa..
Setelah berjam-jam, aku tak mendengar hpku berbunyi lagi. Itu artinya Restara tidak membalas pesanku. Mungkin dia kecewa kepadaku, karena aku tak pernah menerima ajakannya. Daripada memikirkan hal ini terus, lebih baik aku mengecek kamarku, apakah Enskare-enskare itu sudah pergi atau belum.
Aku memberanikan diri untuk masuk ke kamar. Ku buka pintu kamar perlahan-lahan. Ada beberapa percikan cairan merah, dan potongan-potongan kaca akibat kejadian tadi. Kurasa para Enskare sudah pergi. Aku harus membersihkan semua ini. Karena keteledoranku, jariku mengenai serpihan kaca. Darah mulai menetes dari jariku. Buru-buru aku ambil plester untuk menutup luka ini.
Kurang lebih setengah jam aku membereskan kamar. Cukup melelahkan. Aku sampai lupa dengan kondisi kesehatanku karena kejadian tadi, dan juga lupa bahwa aku belum makan. Aku mengecek makanan di kulkas. Hanya ada telur, beberapa potong wortel, tahu dan tempe. Karena perutku mulai bermain drum, aku pun memasak nasi goreng dengan bahan-bahan seadanya. Rasanya tidak terlalu enak, karena aku tidak pandai memasak. Tetapi aku tidak terlalu mempedulikannya, yang penting perutku kenyang. Kunyalakan tv, agar rumahku tidak terlalu sepi. Tidak ada acara yang menarik, sampai aku melihat berita kejadian yang baru saja terjadi di sekitar rumahku. Mataku langsung terfokus pada layar tv, mendengar setiap perkataan yang reporter bicarakan. Dikatakan bahwa pemerintah akan membuat suatu organisasi yang bernama “Crazel” untuk mencari tahu penyebab virus ini, dan juga akan membunuh setiap orang yang terkena virus Skaredisia dikarenakan tidak ada cara lain untuk mencegah penyebaran virus ini.
Diantara tenang dan tidak tega melihat nasib-nasib orang yang terkena Skaredisia. Untuk menyelamatkan lebih banyak orang, memang perlu mengorbankan beberapa orang.
Tak terasa, hari sudah menjelang malam. Aku hanya berdiam diri di kamar sembari menonton film-film kesukaanku. Aku dengar hpku berdering.
“Hello, Kinan, bisakah kamu membuka pintu rumahmu, sekarang juga ?”
Aku kaget, mengapa dia menyuruhku membuka pintu. Cara berbicaranya menunjukan bahwa dia dalam keadaan yang tidak baik
“Restara, emang kamu dimana ?”
Dia langsung menutup telfonnya. Aku takut sesuatu yang tidak baik menimpa Restara. Atau mungkin di luar ada Enskare-enskare yang menakutkan. Buru-buru aku membuka pintu. Saat ku buka pintu, ternyataaaa.. Aku melihatnya berdiri tepat di depan pintu, membawa beberapa balon gas, setangkai bunga dan sebuah kotak yang cukup besar. Diantara kaget, senang, ahh entah apa yang kurasakan ini. Aku langsung menyuruhnya masuk ke rumah.
“Restara, kamu ngapain bawa ini semua, udah kaya anak kecil tahu bawa-bawa balon, hahaha..”
Aku tertawa melihat kelakuannya.
“Yaa.. kan katanya kamu lagi ga sehat. Aku cuma mau jenguk kamu aja. Dan aku ingin membuatmu senang, tertawa, walau kondisimu sedang tidak sehat hehehe”
Aku merasa spesial dimatanya. Dia rela membawa barang-barang ini, hanya untuk membuatku senang. Hatiku mulai luluh dengan segala yang telah ia lakukan untukku. Diam-diam aku memperhatikan kotak yang Restara bawa.
“Bolehkah aku membuka kotak ini?”
Tanpa jawaban darinya, Restara langsung membuka kotak dan mengeluarkan isinya. Kulihat banyak sekali makanan yang ada di dalam kotak itu. Aku langsung menyerbu makanan itu untuk dimakan. Restara hanya senyum-senyum melihat tingkahku.
“Kamu tuh, kaya yang belum makan tiga hari aja, makannya banyak banget hahaha”
Aku menghiraukan apa yang dikatakannya. Sampai-sampai, aku tak menawarinya makan.
“Nan, aku mau bilang sesuatu, kamu mau denger ga ?”
Sepertinya dia mau membicarakan hal yang serius. Aku hanya menjawab dengan anggukan karena sibuk mengunyah makanan.
“Kamu tau kan, tentang rencana pemerintah membuat organisasi Crazel?”
Aku mengangguk kembali.
“Aku mendapat undangan untuk menjadi anggota disana. Suatu kehormatan aku bisa mendapat ini. Tetapi banyak sekali resiko yang harus ku tanggung. Mungkin karena aku cukup lihai menggunakan senjata jadi mereka mengajakku,”
Aku hampir tersedak mendengar pernyataannya. Walaupun aku tak mempunyai hak untuk melanggarnya, aku tetap tidak rela jika dia bergabung dengan Crazel. Bagaimana jika dia terbunuh oleh para Enskare. Tetapi aku harus mendukung yang terbaik untuknya.
“Hmm.. Ya itu terserah kamu aja sih, mau menerima atau menolak undangan mereka. Itu hak kamu. Aku akan selalu mendukungmu, yang penting itu adalah jalan yang terbaik buat kamu,”
Raut wajah Restara berubah menjadi sedih.
“Restara, kamu kenapa, ko jadi sedih gitu,”
Dia memberikan seikat bunga kepadaku.
“Aku takut ini adalah bunga pertama dan terakhir yang kuberikan kepadamu. Besok aku mulai bertugas di Crazel,”
Air mata mulai membasahi pipiku.
“Hey, kenapa kamu nangis”
Restara mengusap air mata yang ada di pipiku.
“Tidak aku hanya terharu mendengar perkataanmu. Aku tak pernah mendengar kata-kata seromantis ini,”
Restara tersenyum mendengar perkataanku.
“Ya karena aku menganggap dirimu spesial. Saat pertama kita bertemu, ku merasakan ada hal yang berbeda saat aku berada di dekatmu,”
Sepertinya wajahku berubah menjadi merah, karena aku merasa malu. Aku tak tahu harus menjawab apa. Hari sudah larut malam, sebaiknya aku menyuruh Restara pulang.
“Restara, ini sudah larut malam. Tak baik jika kita berduaan di rumah. Nanti tetangga ngira yang ngga-ngga,”
Aku tak enak hati kepadanya. Sudah repot-repot membawa barang-barang untukku, aku malah menyuruhnya pulang. Apa boleh buat hari sudah terlalu malam.
“Oh, aku sampai lupa waktu hehehe.. maaf. Ya udah aku pulang dulu ya, get well soon Angel..”
Dia lupa namaku apa, sampai manggil dengan nama Angel.
“Namaku Kinan, bukan Angel hehehe..”
“Aku memanggilmu Angel, karena kau malaikat di hidupku,” Dia mengatakannya malu-malu.
            Aku hiraukan apa yang ia katakan. Dia langsung pulang dari rumahku. kulihat dia menghilang dari balik pintu, dimakan oleh kegelapan malam. Hari terindah yang pernah kulewati, dan aku takkan pernah melupakan ini.
Kringggg...
Seperti biasa, alarm ku berbunyi pada waktunya. Aku belum sanggup pergi ke kampus, kurasa kondisi kesehatanku hari ini lebih buruk dari hari sebelumnya. Aku benar-benar tak berdaya. Aku berusaha menelfon orang tua ku. Tetapi tak satu pun dari mereka mengangkatnya. Kepada siapa aku harus meminta pertolongan, siapa yang mau mengantarku ke dokter. Saudaraku tak ada yang rumahnya disekitar sini. Teman-temanku pasti sibuk kuliah. Restara. Apakah ia sibuk juga? Aku memutuskan untuk menelfonnya.
Tuttt...tuttt...tuttt..
“Hallo, Restara, bisakah kau mengantarku ke dokter, sepertinya kondisiku lebih buruk dari hari kemarin,” Aku sempat beberapa kali batuk saat berbicara.
“Ya ampun, Kinan. Ya ya ya aku pasti bisa. Apa pun akan ku lakukan untukmu. Kamu tunggu bentar, aku segera menuju rumahmu,”
Terdengar nada khawatir yang ditunjukkan Restara.  Kuakhiri telfonku kepada Restara. Selang 15 menit, kudengar suara mobil dari luar, itu pasti Restara. Aku berusaha untuk berjalan menuju pintu rumah, tetapi baru beberapa langkah saja aku sudah tak kuat. Sempat beberapa kali terjatuh, aku tetap berusaha untuk bangkit. Aku berhasil sampai ke pintu, lalu membuka kunci pintu itu. Saat aku baru membuka pintu, aku jatuh kembali. Untung saja Restara sigap menangkapku, sehingga aku tidak jatuh ke lantai.
“Kinan, kenapa kamu memaksakan untuk berjalan ke depan pintu. Aku tahu kondisimu lebih buruk dari hari kemarin. Wajahmu pucat. Mengapa kamu tidak menyuruhku saja masuk dan menggendongmu dari kamar?”
Dia benar-benar memberikan perhatian untukku. Aku tak menjawab pertanyaanya. Restara langsung membawaku masuk ke mobilnya. Ku lihat dia membawa sebuah pistol, yang disimpan di sabuknya. Ya dia benar-benar menerima undangan dari Crazel.
“Kita ke Rumah Sakit Thumbeline aja ya. Karena itu yang terdekat, jadi kamu akan cepat ditangani”
Aku hanya menggangguk, menuruti apa yang ia bicarakan.
            Sesampainya disana, aku langsung menuju tempat antrian, untuk mengambil nomor antri. Badanku sudah tidak karuan, aku mulai merasa sesuatu menggerogoti tubuh ini. Sampai aku tak sadarkan diri karena tak sanggup menahan rasa sakit ini.
            Aku terbangun disuatu ruangan yang serba putih. Kulihat seseorang sedang mengecek keadaan tubuhku. Ya, aku bisa melihat semua ini. Melihat, bukan merasakan karena aku melihat diriku yang lain di dimensi yang berbeda. Apa ? Apakah aku sedang ada di dunia lain? Di alam yang lain ?
Aku melihat diriku bangkit dari kasur, mengambil benda-benda tajam yang ada disekitar itu. Membunuh dokter yang memeriksa tubuhku dengan pisau dan suntikan. Aku mengingat kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu. Darah kemerah-merahan yang ada di wajah Enskare, tetesan darah di sekitar jendela, pecahan kaca.. Kaca itu telah membuatku tertular virus Skaredisia. Aku melihat diriku sedang menyerang Restara dengan benda-benda itu, Restara terus menghindar dariku. Mengapa dia tidak membunuhku saja, menembakku dengan pistol yang dibawanya.
Restara, ayo tembak aku, tembak sajaa.. Aku sudah tak berguna hidup di dunia ini.
Aku hanya bisa meneriakkan hal ini disini, bukan disana. Air mata mulai membasahi pipiku. Aku takut, aku membunuh orang lagi. Apalagi ini orang yang cukup dekat denganku. Aku lebih rela mati, daripada membunuh seseorang yang kusayang, yang selalu ada dikala suka atau duka. Perlahan-lahan, kulihat Restara mulai membawa pistol, tetapi terlihat dari ekspresi wajahnya, keraguan untuk menembakkan pistol. Rasa sedih juga tampak diwajahnya. Diriku yang berubah jadi Enskare terus menyerang Restara. Kulihat darah mulai keluar dari beberapa bagian tubuh Restara karena pisau mengenai tubuh Restara. Tangannya pun terkena suntikan yang kubawa. Restara sudah tak berdaya. Dia menyerahkan dirinya untuk dibunuh oleh aku yang sudah menjadi Enskare. Aku tak sanggup melihat Restara terkena luka lagi. Tubuhnya lunglai, karena terus-menerus mendapat serangan dariku. Hingga ia merubah keputusannya untuk......
Dorrrrrrr..


-SELESAI-

Komentar

Postingan Populer